Perjalanan Pertama Sebagai Pemakalah di Universitas Trunojoyo Madura
Sebagai mahasiswa dibidang ilmu eksak seperti pada program studi Ilmu Kelautan di Universitas Udayana, saya diharuskan memiliki daftar pada CV sebagai pemakalah untuk memuluskan langkah mencari beasiswa. Saya mahasiswa di ilmu kelautan pada semester akhir (tentunya semester 8) ketika ujian sidang Skripsi pada Tanggal 18 Juli 2016, pembimbing 1 menghampiri saya ke lab di Kampus dan ditawarkan untuk menjadi pemakalah di Seminar Nasional Kelautan 2016 di Univ. Trunojoyo Madura. Seketika itu saya meng'iya'kan tawaran dari pembimbing saya tersebut. Muncul dalam pikiran saya itu adalah sate madura, pengalaman pertama ke luar Bali tanpa mengikuti Studi Tour, dan mendapatkan sertifikat pemakalah. Perlu diketahui Seminar tersebut dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2016 tepat 9 hari setelah sidang.
Malam harinya pada tanggal 18 Juli 2016, saya langgsung mengirim abstrak penelitian saya dengan judul "EKSTRAKSI GARIS PANTAI DI PESISIR TENGGARA BALI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT (STUDI KASUS KABUPATEN GIANYAR DAN KLUNGKUNG). dan ternyata setelah ditelusuri dari kampus saya ada 2 orang dosen dari prodi manajemen yang apply kegiatan tersebut dan 1 teman saya. Sekian hari berlalu saya dipanggil oleh salah dosen ke ruangannya dan ternyata tujuannya untuk membicarakan keberangkatan ke madura tersebut.
Perundingan cukup alot diantara kita berlima dan akhirnya kami memutuskan untuk memakai jasa akomodasi pesawat terbang. Harga tiket pesawat terbang lion air adalah Rp.285.000, cukup murah untuk akomodasi ke Surabaya dan madura. Harga tersebut hampir sama dengan akomodasi darat ke Surabaya.
Singkat kata saya sudah sampai di Bandara Ngurah Rai untuk keberangkatan ke Surabaya. Saya berangkat bersama dengan satu orang teman dan satu orang dosen dari prodi manajemen. keberangkatan pada pukul 3 sore dan sampai di Bandara Djuanda jam 3 sore juga (karena perbedaan waktu 1 jam). Perjalanan dilanjutkan menuju pelabuhan Tanjung Perak dengan memesan transportasi online. Perlu diketahui saya pertama kali naik pesawat dan pertamakali menginjakkan kaki di Surabaya. Perjalanan tiga elemen yaitu udara, darat, dan laut dimulai dengan menyebrangi laut dengan menaiki kapal feri dengan harga tiket 5ribu perorang. Uniknya suasana di kapal itu identik dengan logat khas dari orang-orang asli Madura (penjual nasi menjajakan makanan dengan vokal "nasek..nasek..nasek.." dan "kope..kope...kope.."). Menginjakkan kaki di Pelabuhan Bangkalan Madura saya bertiga harus menunggu lagi jemputan dari panitia dan waktu menunjukkan pukul 6 sore waktu setempat. Lucunya disana kami bertemu orang gila dengan berbicara sendiri dan agak menakutkan. Ada rasa degdegan ketika memikirkan kegiatan yang akan dijalanin disana tapi saya lebih mengahadapi secara optimis. Pengalaman yang sangat menarik bisa menyampaikan penelitian sendiri di depan peneliti-peneliti yang sudah memiliki pengalaman yang banyak.
Perjalanan kami bertiga untuk mencapai lokasi penginapan di lingkungan kampus Universitas Trunojoyo Madura berakhir pada pukul 8 malam. Tempat menginap kami lumayan bersih dengan kamar yang cukup luas kira-kira berukuran 3x4 meter. Kamipun beristirahat sejenak untuk mempersiapkan kegiatan esok pagi.
Kegiatan Seminar Kelautan hari itu berlangsung jam 8 pagi yang diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian dibuka oleh Dirjen dari KKP yang langsung memberikan seminar tentang pengelolaan sumber daya laut secara keseluruhan. Acara selanjutkan adalah focus group disccusion (FGD) yang dibagi berdasarkan dari tema riset yang akan dipresentasikan. Optimisme saya untuk menghadapi FGD tersebut karena bisa satu ruangan dengan peneliti-peneliti yang sudah senior dengan pengalaman yang luar biasa. Saya mendapatkan giliran 18 dari 20 peserta FGD yang ada di ruangan terseut. Bermacam-macam penelitian sebelum giliran saya yang dipresentasikan dengan sangat baik dengan berbagai macam topik dengan tema oseanografi laut Indonesia. Giliran saya membawakan presentasi tentang riset saya dan akhirnya menimbulkan banyak pertanyaan karena riset saya ini termasuk jarang diterapkan oleh peneliti yang ada disana. diantara pertanyaan yang dikemukakan, ada salah satu ibu yang sedang menempuh program S3 di Universitas Brawijaya Malang menyampaikan keluhannya ketika beliau melakukan riset yang sama dengan metode konvensional. Beliau mengatakan harus berjalan menyusuri tebing, pasir, melewati sungai, melewati lumpur, bahkan semak-semak hanya untuk menentukan pola garis pantai diwilayahnya (saya lupa lokasi yang ibu itu sampaikan). Suatu kebanggaan bisa menyampaikan dan membawakan metode yang sangat efisien kepada ibu tersebut sehingga ketika ibu itu ingitn melanjutkan risetnya maka tidak berlu lagi berjalan jauh untuk hanya sekedar menentukan pola garis pantai. Dengan ini, setidaknya saya bisa memberikan salah satu manfaat riset yang saya bawakan ke Seminar Kelautan Nasional 2016 Universitas Trunojoyo tersebut...terimakasih
NB: Hasil riset saya saat itu bisa dilihat dan diunduh disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar